Tuesday, March 22, 2011

tension...................!!

emmm mmg ak tension arini..
tension gler punyer tension la...
ak pom xtaw nk kta mmg smpai gler ak tension..
emmm kna siapkan paper work marketing plan dalam masa 2 hari..
wahh kja grouping tp..
nk suh mntak tlg pom susah...
da ja alasan dpa ni...emm..
pastu kn ak dpt plak berita tmbah satu g keja..
fuhh...mmg penat la...kna edit blik rport n kne atr pada ari khmis pkul 12...
mampussssssssssssssssss.................!!
aduihh....
pening ak nk wt....
emm tnsion la mnggu ni.......
aduih cpt la mggu ni berlalu....
ak dh tekANAN ni......
npe la sem ni pnat sgt...
aduih sem last..
sem yg pling srabut sgt....
emm ak bley gler cmni....

Monday, March 21, 2011

Hikayat Legenda Telaga Bidadari

Telaga itu tidak seberapa lebar dan dalam, kurang lebih tiga meter panjangnya dan dua meter lebarnya dengan kedalaman dua meter. Airnya Bening dan jernih, tidak pernah kering walau kemarau panjang sekalipun. Letaknya di atas sebuah pematang, di bawah keteduhan, kelebatan, dan kerindangan pepohonan, khususnya pohon limau. Jika pohon-pohon limau itu berbunga, berkerumunlah burung-burung dan serangga mengisap madu. Di permukaan tanah itu menjalar dengan suburnya sejenis tumbuhan, gadung namanya. Gadung mempunyai umbi yang besar dan dapat dibuat menjadi kerupuk yang gurih dan enak rasanya. Akan tetapi, jika kurang mahir mengolah bisa menjadi racun bagi orang yang memakannya karena memabukkan.
Daerah itu dihuni seorang lelaki tampan, Awang Sukma namanya. la hidup seorang diri dan tidak mempunyai istri. Ia menjadi seorang penguasa di daerah itu. Oleh karena itu, ia bergelar data. Selain berwajah tampan, ia juga mahir meniup suling. Lagu-lagunya menyentuh perasaan siapa saja yang mendengarkannya.
Awang Sukma sering memanen burung jika pohon limau sedang berbunga dan burung-burung datangan mengisap madu. Ia memasang getah pohon yang sudah dimasak dengan melekatkannya di bilah-bilah bambu. Bilah-bilah bambu yang sudah diberi getah itu disebut pulut. Pulut itu dipasang di sela-sela tangkai bunga. Ketika burung hinggap, kepak sayapnya akan melekat di pulut. Semakin burung itu meronta, semakin erat sayapnya melekat. Akhirnya, burung itu menggelepar jatuh ke tanah bersama bilah-bilah pulut. Kemudian, Awang Sukma menangkap dan memasukkannya ke dalam keranjang. Biasanya, puluhan ekor burung dapat dibawanya pulang. Konon itulah sebabnya di kalangan penduduk, Awang Sukma dijuluki Datu Suling dan Datu Pulut.
Akan tetapi, pada suatu hari suasana di daerah itu amat sepi. Tidak ada burung dan tidak ada seekor pun serangga berminat mendekati bunga-bunga Iimau yang sedang merekah.
“Heran,” ujar Awang Sukma, “sepertinya bunga limau itu beracun sehingga burung-burung tidak mau lagi menghampirinya.” Awang Sukma tidak putus asa. Sambil berbaring di rindangnya pohon-pohon limau, ia melantunkan lagu-lagu indah melalui tiupan sulingnya. Selalu demikian yang ia lakukan sambil menjaga pulutnya mengena. Sebenarnya dengan meniup suling itu, ia ingin menghibur diri. Karena dengan lantunan irama suling, kerinduannya kepada mereka yang ia tinggalkan agak terobati. Konon, Awang Sukma adalah seorang pendatang dari negeri jauh.
Awang Sukma terpana oleh irama sulingnya. Tiupan angin lembut yang membelai rambutnya membuat ia terkantuk-kantuk. Akhirnya, gema suling menghilang dan suling itu tergeletak di sisinya. Ia tertidur.
Entah berapa lama ia terbuai mimpi, tiba-tiba ia terbangun karena dikejutkan suara hiruk pikuk sayap-sayap yang mengepak. Ia tidak percaya pada penglihatannya. Matanya diusap-usap.
Ternyata, ada tujuh putri muda cantik turun dari angkasa. Mereka terbang menuju telaga. Tidak lama kemudian, terdengar suara ramai dan gelak tawa mereka bersembur-semburan air.
“Aku ingin melihat mereka dari dekat,” gumam Awang Sukma sambil mencari tempat untuk mengintip yang tidak mudah diketahui orang yang sedang diintip.
Dari tempat persembunyian itu, Awang Sukma dapat menatap lebih jelas. Ketujuh putri itu sama sekali tidak mengira jika sepasang mata lelaki tampan dengan tajamnya menikmati tubuh mereka. Mata Awang Sukma singgah pada pakaian mereka yang bertebaran di tepi telaga. Pakaian itu sekaligus sebagai alat untuk menerbangkan mereka saat turun ke telaga maupun kembali ke kediaman mereka di kayangan. Tentulah mereka bidadari yang turun ke mayapada.
Puas bersembur-semburan di air telaga yang jernih itu, mereka bermain-main di tepi telaga. Konon, permainan mereka disebut surui dayang. Mereka asyik bermain sehingga tidak tahu Awang Sukma mengambil dan menyembunyikan pakaian salah seorang putri. Kemudian, pakaian itu dimasukkannya ke dalam sebuah bumbung (tabung dari buluh bekas memasak lemang). Bumbung itu disembunyikannya dalam kindai (lumbung tempat menyimpan padi).
Ketika ketujuh putri ingin mengenakan pakaian kembali, ternyata salah seorang di antara mereka tidak menemukan pakaiannya. Perbuatan Awang Sukma itu membuat mereka panik. Putri yang hilang pakaiannya adalah putri bungsu, kebetulan paling cantik. Akibatnya, putri bungsu tidak dapat terbang kembali ke kayangan.
Kebingungan, ketakutan, dan rasa kesal membuat putri bungsu tidak berdaya. Saat itu, Awang Sukma keluar dari tempat persembunyiannya.
“Tuan Putri jangan takut dan sedih,” bujuk Awang Sukma, “tinggallah sementara bersama hamba.”
Tidak ada alasan bagi putri bungsu untuk menolak. Putri bungsu pun tinggal bersama Awang Sukma.
Awang Sukma merasa bahwa putri bungsu itu jodohnya sehingga ia meminangnya. Putri bungsu pun bersedia menjadi istrinya. Mereka menjadi pasangan yang amat serasi, antara ketampanan dan kecantikan, kebijaksanaan dan kelemahlembutan, dalam ikatan cinta kasih. Buah cinta kasih mereka adalah seorang putri yang diberi nama Kumalasari. Wajah dan kulitnya mewarisi kecantikan ibunya.
Rupanya memang sudah adat dunia, tidak ada yang kekal dan abadi di muka bumi ini. Apa yang disembunyikan Awang Sukma selama ini akhirnya tercium baunya.
Sore itu, Awang Sukma tidur lelap sekali. Ia merasa amat lelah sehabis bekerja. Istrinya duduk di samping buaian putrinya yang juga tertidur lelap. Pada saat itu, seekor ayam hitam naik ke atas lumbung. Dia mengais dan mencotok padi di permukaan lumbung sambil berkotek dengan ribut. Padi pun berhamburan ke lantai.
Putri bungsu memburunya. Tidak sengaja matanya menatap sebuah bumbung di bekas kaisan ayam hitam tadi. Putri bungsu mengambil bumbung itu karena ingin tahu isinya. Betapa kaget hatinya setelah melihat isi bumbung itu.
“Ternyata, suamiku yang menyembunyikan pakaianku sehingga aku tidak bisa pulang bersama kakak-kakakku,” katanya sambil mendekap pakaian itu.
Perasaan putri bungsu berkecamuk sehingga dadanya turun naik. Ia merasa gemas, kesal, tertipu, marah, dan sedih. Aneka rasa itu berbaur dengan rasa cinta kepada suaminya.
“Aku harus kembali,” katanya dalam hati.
Kemudian, putri bungsu mengenakan pakaian itu. Setelah itu, ia menggendong putrinya yang belum setahun usianya. Ia memeluk dan mencium putrinya sepuas-puasnya sambil menangis. Kumalasari pun menangis. Tangis ibu dan anak itu membuat Awang Sukma terjaga.
Awang Sukma terpana ketika menatap pakaian yang dikenakan istrinya. Bumbung tempat menyembunyikan pakaian itu tergeletak di atas kindai. Sadarlah ia bahwa saat perpisahan tidak mungkin ditunda lagi.
“Adinda harus kembali,” kata istrinya. “Kanda, peliharalah putri kita, Kumalasari. Jika ia merindukan ibunya, Kanda ambillah tujuh biji kemiri, masukkan ke dalam bakul. Lantas, bakul itu Kanda goncang-goncangkan. Lantunkanlah sebuah lagu denganngan suling Kanda. Adinda akan datang menjumpainya.”
Putri bungsu pun terbang dan menghilang di angkasa meninggalkan suami dan putri tercintanya. Pesan istrinya itu dilaksanakannya. Bagaimana pun kerinduan kepada istrinya terpaksa dipendam karena mereka tidak mungkin bersatu seperti sedia kala. Cinta kasihnya ditumpahkannya kepada Kumalasari, putrinya.
Konon, Awang Sukma bersumpah dan melarang keturunannya untuk memelihara ayam hitam yang dianggap membawa petaka bagi dirinya.
Telaga yang dimaksud dalam legenda di atas kemudian diberi nama Telaga Bidadari, terletak di desa Pematang Gadung. Desa itu termasuk wilayah Kecamatan Sungai Raya, delapan kilometer dari kota Kandangan, ibukota Kabupaten Hulu Sungai Selatan Propinsi Kalimantan Selatan.
Sampai sekarang, Telaga Bidadari banyak dikunjungi orang. Selain itu, tidak ada penduduk yang memelihara ayam hitam, konon sesuai sumpah Awang Sukma yang bergelar Datu Pulut dan Datu Suling.
sumber: internet..

Sunday, March 20, 2011

new social networking...

i hAvE a New SociAl nEtwOrK..
i aLrEaDy DelEte My fAcEbOok pRoFilE..
tHe rEasOn..eMMm???
dA La sEbAbnYa..siBUk jA..
hEhEeHheHee
aCtuAlLy i alReaDy bOrIng La wIf THat fB..(sorry 2 create of fb)..
i wAnT fInE a nEw sOcIAl ni mY lIfE..
sO i fInE Pocodot..
i dOn't ReaLLy knOw tHAt inTeReStINg oR nOt..
So i mUSt fINe oUt iSn't iNteERst Or nOT..
i hOpE iT dIFfer fROm fb n oTHer sOCiaL nETwoRk..
peAcE..!!!!

Saturday, March 19, 2011

adaptasi cter owg...

sumber: internet...
tajuk: hadiah perpisahan guru besar.


Ketika itu adalah akhir tahun persekolahan, dan seorang Guru Besar sedang menerima hadiah dari murid-muridnya. Salmi anak kepada seorang pemilik kedai bunga memberinya hadiah. Guru Besar menggoyangkan kotak hadiah itu, memegangnya di atas kepala, dan berkata, "Aku yakin aku tahu apa ini. Beberapa kuntum bunga..?"

"Itu benar" anak murid itu berkata, "tapi bagaimana Cikgu tahu?"

"Oh, hanya meneka," katanya.

Murid berikutnya adalah anak perempuan kepada seorang pemilik kedai manisan. Guru Besar memegang hadiah itu, menggoyangnya, dan berkata, "Aku yakin aku boleh meneka apa ini. Sebuah kotak gula-gula." 

"Itu benar, tapi bagaimana Cikgu tahu?" tanya murid itu.

"Oh, hanya meneka," kata Guru Besarnya.

Hadiah berikutnya adalah dari anak seorang pemilik kedai minuman keras. Guru memegang kotak hadiah itu, tapi kotak itu bocor. Dia menyentuh setitik kebocoran itu dengan jarinya dan menyentuh ke lidahnya.

"Apakah anggur?" ia bertanya. "Tidak," jawab anak murid itu, dengan gembira.

Guru mengulanginya, mengambil cairan dari kotak yang bocor itu ke lidahnya.

"Apakah champagne?" ia bertanya.

"Tidak," jawab anak murid itu, dengan lebih banyak tersenyum.

Guru merasai lagi sebelum menyatakan,

"Aku menyerah, apa ini?"

Anak murid itu menjawab, "Itu anak anjing!"



haahahahaahahahaha...
peace..!!

hari ini dan semalam...

huhuhu...............
best kua overnite...
thnxs to loqman n didie coz jd guard ak n rina..
emmm mmg bengong r smlm..
emm dgn 2 laki n 2 pompuan..
kul 12 bru nk p penang seberang sna...
dh la 2 dgn moto...merempit.....law xbwk smpai 120km/sjm mmg xley...
ak ase nk mlayang ja....rina2 taw minah rempit sakan nuh bwk mto...

mula2 nk lepak kt pntai bersih ja..
tp borin la stu xda pa..
so prgi la penang blh sna...
kmi prgi queenbays...wahhh best duk lpak...ak agi syokk...
dpt posing....ak pose jah cz da owg tlg amek gmbar akoo....huhuhuhu
lpas borin kt QB kmi p la plak gurney...................
akhirnya kmi dh x sesat dh nk g gurney 2.....
smpai sna mcm2 bnda duk kutuk...huhuhu..
tp ak yg pnting kna pose....
byk ak pose cz loqman tlg amek gmbar ak...
huhuhuhu..........
dlm duk lpak smpai la pkul 5.40 pg...
kmi pm dh nk blik..
yeahh..xblik ikot jmbatan penang...tp dgn ferry...
wahhh lma dh ak xnaek ferry..
emm dlm msa duk tggu ferry smpai dn g ak n rina duk pose...
ak biase r pntang kamera dbuka...
trus nk pose ja....
dlm ferry pom pose g...
heiii...asyik pose ja....
msa dlm ferry 2 ak tpikir gk..
mybe pg xd 2 ferry last ak naek..
lpas ni entah ble la plak ak nk naek...
emmm=(
tp kn msa dlm pjalanan nk blik 2 ak ingt dh x sesat dh....
aikk da g silap jln..emmm biase r kua dgn bdak ukur tnah kje nk ukr ja dlu....hahaha...
fuhhh rina bwk moto mcm pa....
dh la ak ngtuk...smpai terlelap....
nsib baek ak pgang dye time da bngol 2...law x dh mlmbung jtuh dh....
huhihihhi..
lpas 2 dh x ngtuk dh....
alhamdulillah smpai gk umh pkul 7.45 pg.....
perrhhh  mmg gle la smlm n hari ni...hri ni n smlm...
emm pa2 ja la....
hehehehe...
law sape2 bca pom msti borin kn....
tp ini la story ak...so pasai kt ak la...hahahaha...





Sunday, March 13, 2011

Hikayat Merong Mahawangsa...

Pada 12/03/2011 pukul 8.40 aku masuk dewan panggung wayang..aku tengok cerita hikayat merong mahawangsa….wahh ceritanya memang best…aku belajar tentang sejarah dahulu….filem ini aku merasa macam bukan orang melayu buat…sebab tak pernah aku tengok kelainan pada cerita ini…tapi memang best…tahniah kepada pengarahnya dan menulis cerita ini…Filem yang berkisarkan pengembaraan Merong Mahawangsa (berketurunan Alexander The Great) yang menjadi pengawal kepada Putera Empayar Rom yang ingin ke Asia Tenggara bagi mengahwini Puteri Dinasti Han. Perkahwinan diantara Putera Rom dan Puteri dari negara China ini adalah mahu menyatukan kedua – dua empayar dan perkahwinan mereka dilakukan di tanah yang tidak dijajah oleh mana – mana empayar (Natural Grounds) yang terletak diantara empayar barat dan timur.
Walaubagaimanapun, Armada Merong Mahawangsa telah diserang oleh Lanun dari negara Garuda (ia sebenarnya burung Garuda dalam Hikayat Merong Mahawangsa) dan Puteri tersebut telah diculik oleh lanun – lanun tersebut. Setelah berlaku serangan tersebut, bermulalah epik dimana Merong Mahawangsa cuba menyelamatkan puteri tersebut dan menyatukan empayar dari barat dan timur itu.
Nak tahu lebih lanjut kenalah tengok yer………………………